https://ejournal.staindirundeng.ac.id/index.php/bashair/issue/feedBasha'ir: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir2025-01-08T11:53:11+00:00Triansyah Fisabashair@staindirundeng.ac.idOpen Journal Systems<p style="text-align: justify;"><strong>Basha'ir: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir</strong> is a periodical scientific journal that publishes the latest research and research results about the Qur'an, studies on the study of Qur'anic Science, Qur'anic Tafsir Studies both classical and contemporary, and living Quran. Published twice a year in June and December by the Study Program of Qur'an and Tafsir STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh. This journal is expected to have a positive impact and extensive religious knowledge and discussions that are studied truly scientifically to be able to contribute to the academic world, especially among Qur'anic thinkers.</p> <p style="text-align: justify;">p-ISSN: <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/20210728412275409" target="_blank" rel="noopener">2807-1018</a> | e-ISSN: <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/20210725142339639" target="_blank" rel="noopener">2807-100X</a></p>https://ejournal.staindirundeng.ac.id/index.php/bashair/article/view/3311Analisis Ayat-Ayat Jihad Dalam Rawai’u Al-Bayan fi Tafsir Ayat Al-Ahkam Karya Ali Ash-Shabuni2024-12-24T03:50:10+00:00Muhammad Raflyraflydata02@gmail.comAkhmad Sulthoniakhmadsulthoni@stiqisykarima.ac.idMuhammad Mukharom Ridhoridho@stiqisykarima.ac.id<p style="text-align: justify;">Di tengah keberagaman pemikiran, budaya, dan politik, analisis jihad yang sesuai pedoman menjadi penting untuk menciptakan perdamaian dan keamanan. Tapi sangat disayangkan ketika hakikat sesungguhnya dari jihad dalam Islam diidentifikasikan sebagai bagian radikalisme bahkan terorisme. Maka penelitian ini bertujuan menyingkap hakikat sebenarnya dari jihad yang berdasarkan Al-Qur`an, As-Sunnah, dan penjelasan para ulama tentangnya. Salah satu penjelasan tentang hakikat jihad tersebut bisa di dapatkan di dalam kitab Rawai’u Al-Bayan Fi Tafsir Ayat Al-Ahkam karya Muhammad Ali Ash-Shabuni. Rawai’u Al-Bayan merupakan sebuah kitab yang bernuansa <em>fiqhi</em> yang memaparkan penjelasan kekinian bagi pembacanya. Penelitian ini berjenis kepustakaan (<em>library research</em>) dengan menggunakan metode tematik (<em>maudhu’i</em>). Sumber utama penelitian berasal dari Kitab Rawai’u Al-Bayan Fi Tafsir Ayat Al-Ahkam, sedangkan sumber sekunder diambil dari kitab-kitab yang relevan dengan tema. Al-Qur'an menjelaskan bahwa kaum musyrik dan ahli kitab tidak akan menerima Islam sampai mereka dapat mengembalikan pemeluknya ke kekufuran. Dalam Kitab Rawai’u Al-Bayan Fi Tafsir Ayat Al-Ahkam dijelaskan bahwa orang beriman harus berjuang di jalan Allah, demi tegaknya agamanya, dan seorang mukmin hendaknya berani dan perkasa. Nasib tawanan perang berbuat baik to para tawanan. Perang mempunyai norma dan aturan dan wajib bagi seorang mukmin untuk menaatinya.</p>2024-12-22T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Muhammad Rafly, Akhmad Sulthoni, Muhammad Mukharom Ridhohttps://ejournal.staindirundeng.ac.id/index.php/bashair/article/view/2948Makna Auliya’ Dalam Surah Al-Mumtahanah 2024-12-24T03:55:35+00:00Magfirah Ruslimagfirahrusli8@gmail.comilham Usmanilhamusman1983@gmail.comRahmat Nurdinrahmatnurdin077@gmail.com<p style="text-align: justify;">Tulisan ini berupaya untuk menjawab permasalahan tentang hubungan pertemanan antara muslim dengan non-muslim dalam QS. <em>al-Mumtahanah/60, </em>surah ini memiliki penafsiran yang beragam dari para ulama <em>mufassir</em>. Dengan menggunakan metode komparatif, penulis menganalisis dengan membandingkan penafsiran kedua tokoh yakni Imam al-Qurtubi>dan M. Quraish Shihab. Hasilnya menunjukkan bahwa berdasarkan penafsiran Imam al-Qurtubi> dan M. Quraish Shihab tentang <em>auliya>’, </em>dalam QS. <em>al-Mumtahanah </em>menunjukkan bahwa penafsiran yang dilakukan oleh Imam al-Qurtubi> terlihat sedikit keras, hal ini dikarenakan penafsirannya dipengaruhi oleh dua sosio-kultural, yang partama Spanyol yang saat itu terkenal keras dan kedua Mesir yang terkenal moderat pada saat itu, dibandingkan dengan penafsiran M. Quraish Shihab yang lebih terlihat moderat, hal ini juga dipengaruhi oleh sosio-kultural yang ada di Indonesia yang terkenal dengan beragam agama dan sukunya.</p>2024-12-22T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 ilham Usmanhttps://ejournal.staindirundeng.ac.id/index.php/bashair/article/view/3201Konsep Bid’ah Dalam Tafsir Al-Qurthubi2024-12-25T05:54:37+00:00Nur Shadiq Sandimulanur.sandimula@iain-manado.ac.idYusno Abdullah Ottayusno.otta@iain-manado.ac.idUsman Djamalullailusman.djamalullail@iain-manado.ac.id<p style="text-align: justify;">The issue of Bid'ah is a discussion that has often been debated among Muslims since ancient times until today. This is because there is still a vagueness of the concept of Bid'ah itself, the vagueness causes confusion in its application, giving rise to disputes among Muslims. The Qur'an as the most important source of concepts in Islam has basically drawn the concept of Bid'ah, especially found in QS. Al-Hadid [57]: 27. Therefore, the purpose of this study is to explore the concept of Bid'ah contained in the Qur'an. This research begins by analysing the word 'bid'ah' based on its root word, then defining the terminology of Bid'ah according to the scholars as a reference concept, and finally examining the interpretations of the scholars on the verse that discusses the concept of Bid'ah. The results of this study indicate that the exploration of the concept of Bid'ah based on QS. al-Hadid [57]: 27 illustrates the classification of the concept of Bid'ah which refers to its meaning in language, therefore in this verse, the Bid'ah performed by the perpetrators of Rahbaniyyah is actually considered praiseworthy with the reward (<em>ajr</em>), while the censure (<em>dzamm</em>) refers to those who do not maintain the practice as it should be. In conclusion, the Qur'an recognises the existence of good Bid'ah, as long as it does not contradict the religious texts.</p>2024-12-23T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Nur Shadiq Sandimula, Yusno Abdullah Otta, Usman Djamalullailhttps://ejournal.staindirundeng.ac.id/index.php/bashair/article/view/2133Dimensi Ke-Indonesiaan Dalam Tafsir Al-Azhar: Analisis Refleksi Sosial dan Politik Dalam Surat Al-Balad2024-12-25T21:18:33+00:00Muhammad Faisalmuhammadfaisal@staindirundeng.ac.idTriansyah Fisafisa.triansyah@staindirundeng.ac.idMuhammad Fazluledukasi_fisa@outlook.co.id<p style="text-align: justify;">Tafsir al-Azhar banyak dijadikan objek penelitian oleh para peneliti. Kitab tafsir ini sangat kental dimensi kontektualitasnya, dapat di katakan penjelasan surah dalam kitab tafsir ini dicoba untuk dilihat kontekstualitasnya oleh HAMKA tidak hanya dari segi kapan surah itu turun tetapi diusahakan untuk dikaitkan fenomena sosial politik yang sedang terjadi, baik itu yang terjadi di luar negara Indonesia maupun yang sedang terjadi di Indonesia. Walau demikian, HAMKA tidak mengesamping penjelasan tekstualitas dari ayat-ayat Alquran tersebut. Surat al-Balad merupakan salah satu surah dalam Alquran di mana kontekstualitas keIndonesiaan sangat kental dalam tafsir al-Azhar. Tujuan penelitian ini adalah melihat bagaimana dimensi KeIndonesiaan yang diterapkan oleh HAMKA dalam menafsirkan surat al-Balad dengan mempertimbangkan keadaan sosial dan Politik. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah Metode kualitatif deskriptif dengan menerapkan pendekatan historis dan sosial politik sebagai pisau analisis, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa HAMKA menjelaskan surat al-Balad dengan berbagai pendekatan tekstual dan kontekstual. Tetapi kontektuals agaknya lebih mendominasi, kontektualitas tafsir dalam surat al-Balad tersebut beliau terapkan dengan mengaitkan fenomena sosial dan politik yang terjadi di Indonesia. Surat al-Balad menurutnya merupakan surat yang telah mengilhami nilai-nilai kemanusian dan nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia khususnya dalam mencapai kemerdekaan.</p>2024-12-25T05:49:51+00:00Copyright (c) 2024 Muhammad Faisal, Triansyah Fisa, Muhammad Fazlulhttps://ejournal.staindirundeng.ac.id/index.php/bashair/article/view/3786Nilai-Nilai Pendidikan Pada Kisah Nabi Musa as2024-12-29T04:21:22+00:00Mutiara Rosnamutiararosna1629@gmail.comCut Fauziahcutfauziah@iainlangsa.ac.id<p style="text-align: justify;">Penelitian ini membahas studi tafsir tarbawi terhadap nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Al-Qur’an melalui kisah Nabi Musa as. Penelitian ini bertujuan untuk mengisi ruang kekosongan akademis dalam studi tafsir tarbawi serta untuk memperolah nilai-nilai pendidikan yang terangkum dalam Qs. Al-Kahfi (18) ayat 60-82. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan (<em>library research</em>) yang menjadikan Al-Qur’an dan kitab tafsir al-Azhar sebagai referensi utama. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Qs. al-Kahfi ayat 60-82 merangkum beberapa komponen pendidikan seperti metode, materi, tujuan, motivasi, nilai-nilai pendidikan, dan sebagainya. Dari kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir memiliki tujuan utama pendidikan, yaitu membimbing manusia agar memiliki akhlak mulia, berkompeten, kecerdasan, serta tanggung jawab terhadap keselamatan dan kesejahteraan dirinya serta masyarakat. Nilai-nilai pendidikan yang termaktub dalam kisah tersebut yaitu tawadhu, sikap tekun, bermanfaat untuk orang lain, memiliki kesabaran, dan kejujuran.</p>2024-12-29T04:19:44+00:00Copyright (c) 2024 Mutiara Rosna, Cut Fauziahhttps://ejournal.staindirundeng.ac.id/index.php/bashair/article/view/2976Hak Perempuan Menurut Al-Qur’an; Studi Komparatif Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Misbah2025-01-08T11:53:11+00:00Siti Nurkhafifah Marisamarisa.bandaaceh@gmail.comAsri Qurrata Aini Habibillah2asrii0736@gmail.com<p style="text-align: justify;">Al-Qur’an dan hadis yang merupakan sumber utama dalam kajian islam, baik sebagai sumber hukum referensi bagi seluruh kajian keislamanan. Penelitian ini mengkaji tentang hak-hak dan kewajiban perempuan menurut Al-Qur’an melalui studi komparatif Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Misbah. Penelitian ini dilakukan dikarenakan masih banyaknya asumsi yang menganggap perempuan dalam rumah tangga sebagai makhluk terbelakang yang menjadikannya tidak layak berkecimpung dalam banyak hal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui penelitian kepustakaan <em>(Library Research)</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat ayat al-Quran yang secara tegas menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang setara. Adapun beberapa ayat al-Qur’an yang telah menjelaskan tentang hak perempuan dalam rumah tangga adalah hak mendapatkan mahar saat dinikahi dalam Q.S An-Nisa: 4, hak dinafkahi dalam Q.S at-Talaq: 23, berhak diperlakukan dengan adil dalam Q.S. an-Nisa:3, berhak atas warisan dalam Q.S. An-Nisa: 12, berhak diperlakukan dengan baik dalam Q.S. AnNisa: 19, serta hak untuk dilindungi Q.S. An-Nisa: 34. Dalam penafsiran terkait ayat-ayat tersebut tidak banyak perbedaan antara kedua mufassir dalam penafsiran terkait hak perempuan tersebut meskipun kedua kitab Tafsir tersebut mempunyai metode yang berbeda dalam penafsirannya. Perbedaannya hanya pada beberapa kata saja yang tidak mempengaruhi penafsiran tentang hak yang diberikan kepada perempuan.</p>2025-01-08T11:53:11+00:00Copyright (c) 2025 Siti Nurkhafifah Marisa, Asri Qurrata Aini Habibillah